Mending Malu, atau Malu-Maluin??

Selasa, 19 Agustus 2008
Apa yang identik dengan hari Selasa?? Tentu saja jawabannya: FISIKA!! Hari ini dibagikan hasil ulangan minggu lalu. Aku harus puas dengan nilai 76 karena ikhtiarku memang gak terlalu maksimal. Aku gak belajar dengan bener pas malamnya, karena lelah habis bersibuk-sibuk di siang hari. Sebenernya aku tidur jam 12an, biasa,,, insomnia. Tapi insomniaku kali ini gak efektif, catatan2 dan buku paket serta latikan soal yang kujejerkan tak berhasil masuk ke otakku. Tapi alhamdulillah, karena sebelum2nya aku rajin nyatet2 di binder, aku lumayan mengerti tentang bab osilasi ini.

Tapi aku bisa sedikit berbangga karena Phi remed. (alah,,, ceritanya bersenang-senang di atas penderitaan orang lain nih!) Soalnya aku nganggap Phi sebagai sainganku juga. Ulangan biologinya lebih besar 9 poin dariku, aku rada kesel juga meskipun kami sama2 gak diremed. Ya terang aja lah,,, Phi kan anak olimpiade biologi. Kalau udah ngebicarain masalah biologi,,, pasti dia langsung nyerocos macem2, cita2nya aja jadi dokter,,, satu cita2 yang takkan pernah kusentuh karena aku tak mau berurusan dengan hal2 berbau darah...

Diet hari ini gak masuk, katanya kemaren dia pusing2 dan muntah2. Berarti ada kemungkinan dia kena gegar otak... Wah,,, pasti gara2 kehebohanku dan Phi kemarin nih... Astaghfirullah,,,

Gak ada Diet yang selalu mengingatkan kami,,, aku dan Phi jadi heboh sendiri. Hari ini kami membahas penampilan kabaretnya Phi. Oya, Phi bilang, bahwa sebelum mereka tampil, K’Deni berpesan, “Jangan MALU, apalagi sampai MALU-MALUIN!!” Dzighh!!! Kata2 itu seakan-akan meruntuhkan motto aneh yang disusun oleh aku dan Phi, “Lebih baik MALU daripada MALU-MALUIN!!”

Saking kangennya sama ‘sobat normal’ kami, kami pun berencana menengok Diet, tapi mau kami buat surprise. Takut Dietnya lagi gak di rumah, kami nanya dulu ke P’Komar dan bilang kalau kami mau nengok. Pulang sekolah, kami ke Griya Buah Batu (kan deket!) buat beli buah2an dan cemilan. Di depan Griya kami beli jajanan favorit kami: pisang aroma! Karena belum makan siang, kami jadikan pisang aroma itu sebagai makan siang kami di angkot sumpek yang kami naiki. Di angkot, ternyata aku bertemu dengan guru SDku, sekaligus ibu dari teman sekelasku waktu SD dulu. Beliau menanyakan kabarku dan tentu saja, jurusan apa yang kutuju. Karena aku jawab bahwa aku masih bingung memilih (lagian UAN aja belum,,, dulu juga waktu kelas 3 SMP aku belum memutuskan akan ke mana sebelum dibagi hasil UAN), beliau menyarankanku untuk masuk STAN. Masya Allah!! Dengan sopan kutolak usulnya, karena aku gak suka hal2 berbau uang! Emang sih , kalau masuk STAN, insya Allah keuangan terjamin, karena lulusannya langsung jadi pegawai negeri! Tapi aku gak mau!

Setelah ibu guruku turun, aku dan Phi membusuk padiem-diem di angkot, rumahnya Diet jauh sih, di daerah Margahayu Raya! Kami jadi kelamaan di angkot (sejam bo!!), dan karena capek kami cuman saling pandang aja di angkot sambil senyam-senyum gak jelas. Setelah turun dari angkot, kami masih harus berjalan jauh sekitar sejam-an untuk sampai di Jalan Uranus, di rumahnya Diet. Barusan di angkot Diet miscal ke hape kami. Ada apa ya??

Petualangan baru pun dimulai. Di perjalanan yang melewati pesantren, sawah, peternakan, lapangan rumput itu kami merasa bebaass sekali!! Udah lama kami gak ke daerah kayak gini... Aku dan Phi jadi ingat masa lalu dan cerita2 tentang masa kecil kami. Saat di SDku dulu masih dikelilingi sawah2 dan kebun2, sebelum akhirnya sekarang hampir semuanya telah musnah menjadi perumahan.

Aku anaknya tomboi, kalau main seringnya dengan cowok (salah satu faktornya adalah karena sepupu yang sebaya denganku semuanya cowok! Jadi dari kecil aku mainnya sama2 mereka terus, main mobil2an, pistol2an, polisi2an, adu tepuk kartu, ‘PowerRangers’2an, sepakbola, kucing2an, dsb.), aku pernah manjat pagar sekolah yang tingginya 3 meteran, pernah manjat pohon karet dan beringin depan sekolah. Aku juga pernah memimpin segerombolan anak ‘badung’ di kelas untuk mencari dedaunan sebagai tugas dari sekolah. Dasar anak nakal, kami malah keasyikan bertualang di daerah sekitar sekolah. Tapi yang paling aku jauhi yaitu sungainya yang padahal letaknya paling dekat sekolah, aku tidak terlalu nakal sampai harus bermain di sekitar sungai samping sekolah yang deras dan kotornya minta ampun karena warga sekitar tak berperike’sungai’an. Alasannya, karena ibuku melarangku bermain ke sungai, takut terjatuh, karena di sana sering terjadi kecelakaan. Jadi, petualangan terjauhku di daerah sungai, yaitu di daerah pepohonan sekitar sungai. Di sana aku memetiki beri2an yang kalau buahnya pecah maka akan muncrat berwarna merah seperti darah. Aku suka iseng menjahili temanku dengan darah palsu itu (kualat kali ya,,, karena sekarang aku jadi agak ‘geli’ ngeliat darah). Selain itu, dari sana aku juga memandangi teman2ku yang sedang memandangi arus sungai dari jembatan Encon yang saat itu belum diplester sehingga kalau ada kendaraan lewat maka akan membuat heboh kayu2 penyusunnya yang membuat orang2 was2 takut jatuh kalau lewat situ. Katanya, mereka melihat kepala babi yang merupakan kepala babi ngepet dan juga potongan kaki manusia mengambang di sungai itu. Sebenarnya aku penasaran ingin melihat, tapi aku tak mau melanggar pesan dari orangtuaku. Lagipula, kurasa pasti kepala babi dan potongan kaki itu tak ada, karena teman2ku suka membual agar dapat banyak teman untuk diajak ‘bertualang’ bersama,,, kebiasaan anak2 SD...

Phi yang almamaternya di MTs Zakaria itu juga cerita2 petualangan2 serunya dulu di sawah2 dan kebun2 di sekeliling sekolahnya. Terus juga tentang rumah neneknya di Karawang... Eh, tiba2 mulai ngaco deh, makhluk yang satu ini. Tiba2 dia ngekhayal kalau si ‘Tupai Lebai’ pergi ke Karawang untuk ‘menjemput’nya. Tiba2 dia ngekhayal seandainya dia nanti menikah dengan si ‘Tupai Lebai’. Awalnya aku ikut2an nimbrung, tapi karena makin ngaco, aku mempercepat langkahku dan pura2 tak kenal dengannya. Phi mulai ‘gak waras’ lagi nih! Kukatakan padanya kata2 khas yang biasa diucapkan oleh dirinya sendiri, “Jangan lebai, dech!!” Eh, dianya malah senyam-senyum tupai gak jelas. Ckckck,,,

Pas sampai di daerah komplek, Phi yang katanya masih ingat letak rumah Diet, mendadak lupa harus berbelok ke mana saat kami sampai di tempat yang ‘bersimpang-simpang ria’ (maksudnya penuh simpangan, gitu,,,). Kami pun nyasar,,, Kali ini kutepiskan motto “lebih baik malu daripada malu-maluin”, kuberanikan diri bertanya pada ibu2 yang kayaknya baru pulang dari pengajian. Beliau2 memberitahu kami jalur2nya. Tapi karena ribet, kami nyasar lagi. Kali ini giliran Phi bertanya pada tukang bakso yang sedang nangkring. Tapi dasar, jawabannya ngaco. Saat kami tanya alamat P’Komar yang ketua RW di sini, dia malah nunjukin rumah Dokter Komar anak seorang ketua RW. Kami kukulilingan lagi. Aku pun nanya lagi ke seorang ibu yang sedang mengangkat jemuran, akhirnya beliau menunjukkan jalan dengan jelas dan gamblang! Alhamdulillah, rumahnya Diet ketemu juga!!

Di teras rumahnya, ibunya Diet dan beberapa orang ibu2 yang keliatannya habis menjenguk Diet (maklumlah,,, anaknya Pak RW, jadi banyak yang nengok) sedang duduk2. Ibunya Diet langsung mempersilakan kami masuk saat melihat kami. Kami pun disambut oleh Diet yang keliatannya sudah menunggu kami dari tadi. Kami langsung diajak ke kamarnya dan dia langsung nyerocos nanyain kami ke mana aja. Soalnya tadi P’Komar nelepon kalau kami akan menengok dan ternyata kami tiba jauh dari waktu yang diperkirakan. Wah, gak fair nih! Tadinya kami mau buat kejutan, tapi P’Komar malah bilang2! Gak asyik!

Kami pun nyerita2 tentang kabar di sekolah, terus juga nanyain kabarnya,,, Diet itu orang yang pandai nyembunyiin perasaan, pas kami nengok dia ketawa2. Padahal katanya otak kirinya kebentur rada parah, ada yang menyarankan untuk di-rognten, tapi tak dilakukannya... Kemudian sampailah cerita kami pada ‘kegilaan’ kami tadi di perjalanan. Baru juga aku cerita tentang khayalan aneh Phi tentang ‘Tupai Lebai’ kepada Diet, si Phi malah main2in samping batiknya Diet. Samping itu dia gelar di atas kepalanya kemudian dipakaikan juga ke atas kepala Diet yang duduk bersebelahan dengannya. Jadinya mereka nampak seperti sepasang pengantin. Diet yang nyadar langsung menjauh. Hi,,, Phi makin kurang waras! Giliran aku yang lengah, dia melakukannya padaku! Maaf Mbak, saya masih normal!! Ternyata sampai segininya pengaruh yang diakibatkan oleh seorang makhluk bernama ‘Ganjar’!! Ckckck,,,

Pukul setengah 6 kurang, aku dan Phi pun beranjak pulang. Saat baru akan memakai sepatu, Phi yang lagi ‘kurang waras’, yang duluan pake sepatunya, malah pake sepatu gunung-ku! (kalau ke mana2, aku sering pake ‘sepatu gunung’ cowok. Gak tau kenapa, asa nyaman aja makenya) Sepatu kets-nya Phi yang gak cukup di kakiku (kecil2 juga, ukuran kakiku jebrag lho!) kutendang-tendang. Phi makin ngaco ah! Diet jadi ketawa2 ngeliat ulahnya. Phi yang entah nyadar atau enggak itu hanya tersenyum tipis tanpa ekspresi dan menukarkan kembali sepatu kami dengan tiisnya. Masya Allah, Phi kenapa sih?!

Aku baru sampai rumah jam setengah 7. Ayah dan ibu menasehatiku bahwa tidak baik kalau seorang gadis belum pulang ke rumah saat maghrib. Aku pun meminta maaf atas kekhilafanku, karena emang biasanya aku gak pernah pulang terlalu sore! Setelah sholat dan makan malam, aku pun tidur lelap karena kelelahan....

Posted by Ra_Bgtz @ Senin, 08 September 2008 0 comments

Share This Post

RSS Digg Twitter StumbleUpon Delicious Technorati

0 Comments

No comments yet. Be the first to leave a comment !
Next Post Previous Post
Stroom designed by ZENVERSE Converted to Blogger Templates and Blogger Themes for Cinta | Discount Watch