Bakiak dan Kabaret

Minggu, 17 Agustus 2008
Minggu!! Inginnya sih libur,,, Apa daya, sebagai siswa Indonesia yang baik (alah!) aku harus mengikuti upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia di sekolah. Teman2 banyak yang bolos, ada yang ikut upacara di RTnya, ada yang jadi panitia Agustus-an di kompleksnya, ada juga yang males cenah. Ckckck,,,

Tapi hari ini ada yang bikin semangat! Apa coba?? Aku ikutan lomba bakiak dalam lomba Agustus-an terakhir bagi siswa-siswi angkatanku! Kemarin, temanku Chabsy yang waketu MPK itu kebingungan karena di kelas gak ada yang mau ikutan lomba bakiak. Aku dari awal ingin ikut, bahkan sudah merencanakan sejak Agustus-an tahun lalu. Tahun lalu aku gak ikutan karena terlambat mendaftar, Keduluan QQ, Phi dan Diet. Tapi aku yang pemalu masih nunggu orang lain daftar duluan, soalnya takut gak ada temen. Barulah setelah QQ mendaftar, aku pun mendaftar. Kemudian Phi mendaftar, terakhir Diet. Karena pemain bakiak hanya 3 orang, maka Diet yang terakhir mendaftar menjadi cadangan.

Selesai upacara, aku yang sepanjang upacara terhuyung-huyung dan terkantuk-kantuk (bukan karena ngantuk, tapi karena aku lagi gak enak badan, pusing. Phi yang barisnya di belakangku aja bilang kalau tadi aku keliatan kayak yang mau jatuh!) langsung berganti seragam olahraga (aslinya cuman ganti celana aja, atasannya masih pake kemeja sekolah!). Tapi QQ keliatan kayak yang setengah hati ikut lombanya, pas lombanya dimulai aja, dia menghilang entah ke mana. Jadinya aku, Phi dan Diet bertiga yang jadi tim bakiak. Lomba bakiak di 8 unik, sambil jalan kami harus ngambil permen yang dilempar panitia di sepanjang track lomba sebanyak 7 buah gak boleh kurang ataupun lebih. Babak2 penyisihan kami lalui dengan mulus. Pas babak semi-final, saingan kami lebih berat. Jadinya aku yang posisinya di depan, tergerak untuk mempercepat laju kami. Phi yang posisinya di belakangku, kecepatan sehari-harinya relatif sama denganku, sehingga dia tak ada masalah dengan percepatan ini. Kami pun kadang2 sehati, jadi tanpa dibicarakan pun kami sudah saling mengerti pikiran masing2. Tapi Diet, sahabatku ini, sehari-hari gerakannya lambat, yang kalau lomba lari selalu paling akhir, yang keseimbangannya kurang, sehingga pernah pada suatu hari dia kesenggol sedikit (asli cuman kesenggol sedikit!! Cuman kayak ditoel aja!!) dan akhirnya dia jatuh ke parit di depan kelas dengan bergedebug keras sekali, tangannya sampai luka2 berdarah-darah sampai aku ngeri. Dia gak bisa ngimbangin kecepatan aku dan Phi, dan akhirnya terjatuh ke samping kiri saat kami mencapai finish sebagai juara pertama. Kepalanya terbentur keras sekali, sehingga para guru yang menonton langsung menghampirinya (ya iya lah, Diet kan anak Pak Komar, salah satu guru senior di 8!). Setelah aku menyerahkan permen hasil ‘tangkapan’ kami kepada panitia lomba dari OSIS, aku langsung menghampiri sahabatku itu. Aku dan Phi meminta maaf karena tadi kami tiba2 mengubah kecepatan. Diet bilang dia tak apa2, cuman pusing sedikit. Aku terus-menerus berdoa dalam hati, semoga Diet gak kenapa2, soalnya tadi dia jatuh keras sekali.

Celaka! Masih ada babak final! Karena Diet masih pusing, aku mencari orang untuk menggantikannya. Tapi gak ada yang mau, semua punya seribu alasan. Bahkan ada yang balik nanya, ”Kalian teh ikutan bakiak?” sambil tenangnya ngebolak-balik majalah yang sedang ia baca. Innalillahi,,, sudah hilangkah rasa kemanusiaan dari teman2 sekelasku?? Apakah ego mereka begitu tingginya sampai bisa tak peduli seperti itu?? Tak satu pun dari mereka menghampiri Diet seperti guru2 dan anak OSIS (itu juga cuman dua orang, yang lainnya hanya melongo ngehitung permen)!! Ya Allah,,, semoga mereka semua sadar....

Terpaksa, Diet ikut lagi meskipun sudah kami (aku dan Phi) larang2. Saat lomba kami tersusul dan jadi terakhir, juga tidak sempat finish karena Diet sudah terlalu pusing. Aku dan Phi yang tak pernah suka jadi orang kalah dan tak pernah mau kalah ini berusaha menahan ego kami demi Diet. Kami pun mengalah dan menuntun Diet ke tepi, Pak Komar nampak sudah menunggu Diet, beliau baru tahu tentang jatuhnya Diet karena tadi beliau sedang sibuk di Ruang Satu (ruangan Kepsek dan Wakasek). Setelah mengobrol sebentar, aku dan Phi langsung ke tempat wudlu akhwat untuk ganti baju (sebenarnya cuman aku doang, ganti kaos). Hari ini aku dan Phi berencana ke rumah Phi untuk menonton gladi resik kabaret di komplek Phi. Diet juga kami ajak.

Rencana ini juga salah satu yang bikin aku semangat hari ini. Kata Phi, pas latihan terakhir K’Agan sempet bilang kalau latihan dengannya itu gak ada apa2, tapi kalau manajernya lebih hebat dan lebih tegas. Lho, bukannya manajernya K’Agan di Trilogi itu K’Deni?? Jangan2, hipotesisku dan Phi benar?? Semenjak kami tahu kalau K’Deni jadi juri kabaret di JFR kemarin, kami sempat berhipotesis bahwa K’Deni juga bisa melatih kabaret dan ‘lebih punya taste’. Dan Phi juga sempet denger K’Agan nyebut2 nama K’Deni. Dasar, Phi mah sepanjang latihan kayaknya cuman merhatiin si ‘Tupai Lebai’, jadi gak merhatiin omongannya. Yang bikin gladi resik ini menarik, K’Agan bilang kayaknya K’Deni hari ini bakal datang untuk ngeliat sebagus apa kabaret ini. K’Agan juga sempet bilang, “Tenang aja jangan takut, paling kalau pun ada yang dimarahi, pasti Aa-lah (maksudnya si K’Agan sendiri).” Jadi penasaran. Makanya aku langsung mengiyakan saat Phi ngajak nonton gladi resik kabaretnya. Bagaimanakah sosok sang pelatih yang ‘lebih punya taste’ dari K’Agan?

Setelah berganti baju, kami menghampiri Diet, dan kami pun pergi ke rumah Phi dengan jalan kaki. Sebelumnya kami nanya dulu ke Diet, kuat gak kalau jalan kaki, soalnya kami berdua seperti biasa,,, lagi ingin bertualang aja sekalian hemat ongkos. Diet yang terlalu baik itu mengiyakan dan dia juga bilang kalau dia mau ikut bertualang ama kita. Soalnya udah lama kami gak jalan bertiga. Akhir2 ini aku dan Phi jadi makin ‘autis’ gara2 kami berdua emang ‘rada2’.. Biasanya kalau ada Diet, satu2nya yang ‘normal’ di antara kami bertiga, dia yang ngingetin kami berdua kalau kami udah kelewat ‘autis’.

Perjalanan di Suryalaya kami anggap seperti bertualang di hutan atau gunung. Istilahnya mah, ‘Belantara Kota’. Kami jalannya nyempil2 di undakan samping got yang hanya bisa dilalui secara ‘catwalk’, kami melompati semak2 dan tunggul pohon. Diet ketawa-tawa ngeliatin kami berdua, terutama aku yang heboh. Padahal lagi di jalan raya, tapi kami nganggepnya seakan-akan di hutan! Aku ngasih saran ke Diet untuk ngelatih keseimbangan sambil jalan catwalk atau jalannya sambil ngegerak-gerakin tangan. Diet pun ngikutin gayaku yang sepanjang perjalanan gak ada diemnya. Orang2 di jalan rada2 ngeliatin kami. Tapi mungkin karena kami ini bertiga, jadi gak nampak ‘gila2’ amat. Kebayang ya, kalau aku sendirian. Hii,,, pasti langsung pada nelepon ke ‘Riau Sebelas’ karena salah satu ‘warganya’ ada yang kabur. Saking hebohnya, sampai sempet digodain sama seorang siswa SMA lain seusia kami. Kebawa autis kali ya, anak itu??

Yap! Akhirnya kami sampai juga di rumah Phi! Setelah shalat dzuhur, kami berempat (aku, Diet, Phi dan Dek Ina) langsung ke rumah kosong tea karena dari sebelum dzuhur juga udah disampeur-sampeur (temen2 kabaretnya Phi pada shalat gak sih?). Karena pelatih belum dateng, maka kami nunggu dulu di kursi di jalan komplek yang tadi dipakai ibu2 nonton perlombaan, lamaaa banget. Biar ada kerjaan, aku bawa novel Totto-chan yang kupinjam dari Lexy buat dibaca, soalnya tar autis sendiri kalau cuman ngobrol berdua dgn Diet pas nonton Phi latihan. Lagipula, aku belum tamat baca Totto-chan nya. Karena udah jam 2, maka para anak kabaret berinisiatif latihan sendiri sebelum K’Agan dateng, jadi kami pun masuk ke rumah kosong tempat latihan kabaret.

Pas latihan sendiri itu, Wildan (salah seorang anak kabaret) yang ngatur2. Aku dan Diet ketawa2 ngeliat Phi dan yang lainnya latihan. Ternyata gerakan2 yang diajarin oleh K’Agan ke mereka lumayan lucu2 dan keren2! Meskipun mereka-nya belum pada luwes,,, Eh, K’Agan nelpon T’Icha (pemeran tokoh Cinta). Di sampingku, Phi manyun2. Cemburu tuh,,, hihi... Teh Icha bilang kalau K’Agan mau dateng jam setengah 3.

Sampai setengah 3, K’Agan gak dateng2. Wah gak lucu nih, dah nunggu dari dzuhur, pelatihnya malah ngaret. Jangan2 udah kebiasaan nih, soalnya JFR kemaren aja K’Agan bilang mulainya jam 9, ternyata gerbangnya malah baru dibuka jam setengah 11. Aku dan Diet pun membusuk ngetawain Phi dan kawan2nya. Aku dan Diet semakin membusuk pula gara2 teman2 kabaretnya Phi ternyata pada ngerokok, terutama si Wildan tuh, bibirnya aja hitam banget, udah keliatan kalau dia perokok berat. Hiii,,, pencemar udara! Aku benci asap rokok! Jadinya aku dan Diet terbatuk-batuk, terutama aku, yang gak biasa banget nyium bau asap rokok karena di rumahku gak ada yang merokok. Kata ayahku, rokok bisa merusak jiwa dan raga.

Jam setengah 4,,, masih belum dateng juga ‘dua makhluk’ yang kita tunggu dari dzuhur tadi. Eh di depan ada yang parkir motor! K’Agan! Dia pun masuk sambil nenteng helm dan tas pinggangnya. Aku, Phi, dan Diet duduk di samping pintu. Pas K’Agan lewat, dia langsung senyum ke Phi dan bilang, “Hai!” Phi langsung balas dengan senyuman pula, wajahnya mulai memerah. Cie,,, Eh tunggu, asa ada yang aneh! Kok, ‘senyum tupai’nya K’Agan gak keluar ya?? Curiga ada apa2 nih,,,

Tiba2, Phi yang sedang duduk menghadap ke arah pintu yang terbuka langsung berteriak, “Her, K’Deni!” (K’Agan yang udah masuk langsung menoleh saat itu juga. Ada apa dengan A’Deni? Mungkin itu pikirnya) Hah?? Jadi si ‘Gotoh’ beneran dateng?! Aku yang kaget nahan ketawa dengan menutupkan novel yang kubaca ke wajahku. Tapi dasar kami orang histeris, pas K’Deni masuk, masih aja heboh. Beliau langsung ngeliatin karena kami duduk pas di samping pintu (sementara Phi udah kabur karena diajak duduk di samping K’Agan oleh K’Agan sendiri, Dek Ina juga, tapi Dek Ina langsung balik lagi duduk di sampingku karena dari awal juga dia keliatan kayak yang sebel sama K’Agan yang suka ngejodoh-jodohin dia dengan Akbar, salah satu anak kabaret juga). Aku dan Diet langsung ngobrol dengan Dek Ina, ngobrolin Phi yang sedang duduk berdampingan dengan K’Agan kayak penganten baru. Dua2nya malu2 dan dari tadi gerakannya samaan mlulu. Hihi,,, dua2nya nervous deh kayaknya!

Tiba2,,, “KAMU?!?!” teriak K’Deni. Aku langsung ngeliat ke arah Phi, pasti K’Deni yang sekarang duduk di dekat Phi udah mulai inget sama kami gara2 ngeliat Phi yang sebelahan dengannya.

Eh, taunya,,, Phi sendiri lagi ngeliatin aku dengan tampang aneh, kugeser sudut pandangku lima derajat,,, APA?!?!?! K’DENI LAGI NUNJUK KE ARAHKU!!! Nunjuk banget pake telunjuknya lurus-lurus ke arahku!! Aku langsung histeris dan kebawa teriak sambil terlonjak, “HAH?!?!” Semua orang di dalam ruangan langsung mengalihkan pandangan padaku dan K’Deni, sang atasannya kakak pelatih kabaret mereka yang baru pertama kali mereka lihat. Diet yang tadinya belum bisa membayangkan se’aneh’ apa K’Deni yang sering Phi dan aku ceritakan itu, akhirnya jadi tahu. Dia ikutan kaget tapi langsung jadi cekikikan...

“KAMU KAN, YANG DAFTAR COSPLAY WAKTU ITU?!?!” tanya K’Deni sok tahu seperti biasa, sambil ngeliatin ke aku, terus ngeliat ‘makhluk’ di sampingnya yang udah merah masak, Phi lagi nahan ketawa! Terus K’Deni ngeliatin lagi ke arahku. Tapi telunjuknya itu lho, masih nunjuk ke arahku dengan terang2an!! Bikin risih aja!!

Kayaknya alasan K’Deni mendadak hapal ke aku duluan, bukannya Phi yang duduk di sampingnya, gara2 waktu kami beli tiket dulu (Selasa, 29 Juli 2008), aku terus2an ‘nembal’ dan mematahkan gurauan2nya yang gak lucu karena aku menjawab dengan polosnya (inget yang dia salah ngetik kan?? Terus inget Miafi-Miabi kan??). Pokoknya, pas kami ketemu waktu itu, akulah yang paling ‘cerewet’! Jelas aja si kakak hapalnya ke aku. Tapi itu lho, kok ingetnya kami ‘daftar cosplay’?? Emang sih, waktu itu kami sempet nanya tentang keharusan memakai cosplay, kakak itu bilang, gak harus, tapi kalau ingin membaur boleh2 aja. Dan waktu itu aku langsung menggoda Phi untuk pakai dan ikut cosplay, tapi aku juga yang nge-enggak-in ke K’Deni. Cerewet banget ya, si ‘aku’ ini!

“ENGGAK!! KITA CUMAN BELI TIKET DOANG!! YA KAN, PHI?” aku mengalihkan percakapan ke Phi.

Phi malah senyum nahan ketawa dan ngomong pelan, “Iya enggak, kami cuman beli tiket aja...” K’Agan di sampingnya dan juga yang lainnya ngeliatin kami bertiga dengan cara yang aneh. Dikiranya kami lagi main ketoprak kali! Diet malah cekikikan di sampingku,,,

“Dateng pas hari apa?!” tanya K’Deni lagi, kali ini telunjuknya udah turun. Wah, ternyata ‘sang manajer ini’ ingatannya setengah2! Jelas2 kemarin aku duduk tepat di belakangnya, terus juga ‘insiden Phi’ di mana Phi sempet ‘bertatapan’ langsung dengannya, terus beliau juga sempet nunjuk2 kami pas pulang. Ckckck,,,

Phi dan aku kompak menjawab, “Hari pertama, Sabtu!” tadinya mau kami bilang kalau kami bahkan duduk tepat di belakangnya, tapi saat itu aku dan Phi bertatapan dan melakukan semacam telepati dan berkata, “Udah, gak usah dibilangin soal tempat duduk kita waktu itu, tar si ‘Gotoh’nya makin sok tahu!”

Aku udah males ngomong lagi, jadinya nerusin baca Totto-chan. Ada gunanya juga aku bawa buku ini, jadinya bisa mengalihkan perhatian dari K’Deni yang dari tadi ngeliatin aku terus kayak ngeliat makhluk Mars baru turun ke Bumi. Sementara itu Kak ‘Gotoh’ yang merasa dicuekin gitu malah menyulut rokok. Deuh, nambah polusi udara aja! Padahal yang lain udah pada berhenti ngerokok! Terus dia nanya ke Phi yang masih duduk di sampingnya, yang wajahnya udah mateng karena ada ‘Tupai Lebai’ di sampingnya yang lain, “Ikut kabaret juga?”
“Iya,” jawab Phi. Dia buru2 menambahkan, “Tapi cuman saya ajah!” Soalnya K’Deni udah mulai ngeliat ke arahku lagi, mungkin awalnya dia nyangka kalau aku ikutan kabaret juga.
“Oh,” ujar K’Deni sambil masih terus merokok.

Phi pun menghampiri aku yang mendadak serius baca dan Diet yang masih cekikikan. Dia masih nahan ketawa, tapi langsung cekikikan pas udah di sampingku. Kami keketawaan tapi masih jaim2 karena K’Deni masih ngeliatin kami. Eh, tiba2, si ‘Gotoh’ menghampiri kami, jelas aja kami langsung kaku, jaim lagi. Tapi gak tau kenapa, arah jalannya mendadak belok ke arah pintu di samping kami, dan kemudian malah diam di ‘lawang panto’. Karena tinggi, siluetnya jadi memenuhi bordes pintu.

Tiba2 dia ikutan duduk di samping Diet. Karena undakan yang kami duduki itu bentuknya melingkar, K’Deni jadi menghadap ke arahku. Beliau meni ngeliatin aku terus, jadi ‘salting’ deh! Tapi aku jadi ‘salting’ bukan karena ada ‘rasa’ ke K’Deni,,, udah aku bilang kan kalau aku orang yang loyal,,, mana K’Deni dan aku tuh beda umurnya 10 tahun!! Tapi aku ‘salting’ gara2 cara ngeliat K’Deni yang kayak cara anak TK ngeliatin badut dengan rasa penasaran yang tinggi. Emangnya aku ini badut apa?! Aku ngehilangin rasa ‘salting’ ini dengan fokus baca buku.

Mungkin karena itu, tiba2 K’Deni nanya, “Baca buku aja?”
“Tanggung nih, Kak! Dikit lagi namatin!” kataku sambil nunjukin ketebalan sisa buku yang sedang kubaca sambil senyam-senyum dikit, soalnya K’Deni nanyanya tiis.
Tiba2 dengan ‘lempeng’nya dia nanya lagi, “Apa sih, manfaatnya setelah baca buku?” Dia menunjuk pada Totto-chan yang sedang kubaca. Kami berempat (aku, Phi, Diet, dan Dek Ina) langsung tersentak. Masak udah tua gak tahu manfaatnya baca buku??
Aku bergantian memelototi K’Deni yang rada senyam-senyum dengan Totto-chan di tanganku. Sambil masih memelototinya aku menjawab, “Ya nambah pengetahuan lah!”
Kakaknya rada tergelak ngeliat ekspresiku, dia menggoda lagi sok tahu, “Itu novel cinta, kan?”
He?!?! Pantes aja, pikirannya ngeres!! Aku yakin, alisku pasti sudah mengerut saat itu dan bertemu di tengah, sehingga aku nampak seperti macan yang hendak menerkam mangsanya. Dengan kesal, kutunjukan sampul novel yang kubaca kepada K’Deni, lalu kukatakan, “BUKAN! LIHAT NIH, TOTTO-CHAN!! Isinya tentang pendidikan!!” Dan K’Deni pun mengerjap. Tak ada bahan untuk dijadikan lelucon lagi.

K’Deni masih merokok. Aku mundur dan batuk2 kecil, tapi dia gak nyadar. Terus K’Deni nanya ke kami (dari nada bicaranya, kayaknya mah ke kami, terutama aku dan Phi, tapi dia nanyanya sambil ngeliatin seisi ruangan yang sudut2nya digantungi sarang laba-laba dan debu yang tebal), “Ini rumah siapa? Baik banget dipake buat latihan.”
“Ini rumah kosong, Kak,” jawab kami kompak, tapi sambil nyuekin K’Deni juga. Akbar yang kebetulan lewat, ikut2an nimbrung dan nyaris berbarengan dengan kami menjawab, “Ini rumah kosong, Kak!”
“Kuncinya di siapa?” tanya beliau lagi (dari nadanya kayak ngomong ke aku dan Phi,,,). Akbar udah siap2 mau jawab, tapi K’Deni malah ngeliatin ke aku,,, kemudian aku yang bukan warga sini pun memandang Phi ikut bertanya, sehingga pandangan K’Deni beralih ke Phi,,, Phi yang gak tau apa2 Cuma ngangkat bahu dan geleng2 dengan tiisnya.
Akbar yang merasa dicuekin nyeletuk, “Gak ada kuncinya, Kak! Makanya kita bebas latihan di sini!”
Rada kaget juga, K’Deni jadi ngeliatin si Akbar. “Ooh,,,” gumamnya. Tapi kemudian dia ngeliatin lagi seisi ruangan dan keliatan kayak yang merinding begitu. Hihi,,, serem ya, Kak??

K’Deni ngisep lagi rokoknya dan menghembuskan asap rokok di hadapan kami saat lagi duduk sambil ngeliatin langit2 ruangan. Aku yang duduknya sudah pindah jadi di belakang Diet, batuk2 lebih keras dari sebelumnya (hiperbola banget ya?!). K’Deni kayaknya nyadar kalau aku gak suka asap rokok. Setelah ngeliatin aku sejenak, beliau kembali lagi ke habitat asalnya, ke undakan di seberang, dekat K’Agan yang kini sedang ngoprek komputer buat muterin rekaman kabaret. Oya, kabaret TAADC (Tidak Ada Apa-apa Dengan Cinta) ini katanya pernah dipentaskan di Taman Budaya beberapa tahun lalu, dan pertunjukannya sukses besar. Jangan2 pelatihnya K’Deni?? Jangan2 pemainnya K’Agan waktu masih muda?? K’Deni pun meminta anak2 supaya memainkan kabaretnya dari awal, soalnya beliau ingin lihat sejauh apa kemampuan mereka berkabaret-ria.

Ceritanya sih lucu, musiknya dan suaranya juga pas. Tapi aku ngerasa kalau akting para pemain kabaret di sini belum bener2 keluar, dan mereka bener2 gak tau dasar kabaret, buktinya dari tadi banyak terjadi blocking. K’Agan sebenernya ngajarinnya dari dasar banget gak sih? Atau karena buru2, kabaret dadakan kejar tayang, jadinya kebut latihannya? Bukannya gimana, tapi aku emang rada risih aja kalau tahu sesuatu itu harusnya kayak gimana. Aku memang bukan pemain drama/kabaret, tapi waktu SMP (SMPN 5 Bandung) aku sering banget ngadain pertunjukan drama B.Inggris, dan waktu itu ada temen yang pake pelatih drama/kabaret profesional, dia bagi2 ilmu teater yang dia dapatkan dari pelatihnya itu. Terus sempet juga aku dilatih ama pemain drama yang udah berpengalaman. Sempet dulu aku ingin ikut kelompok seni teater, tapi karena teater di SMA ternyata berlandaskan eksistensi pribadi di hadapan masyarakat kampus, aku jadi malas bergabung.

Baru juga aku berpikir gitu, K’Deni sudah memberhentikan pertunjukan sebelum seluruh babak selesai. “Cukup, cukup! Kalian belum tau dasar2 kabaret ya??” tanyanya dengan nada kecewa. “Tau blocking gak?” tanyanya lagi
Tapi semua anak kabaret menjawab dengan melongo. Beberapa ada yang agak menggelengkan kepala.
K’Deni tersenyum kecut, kemudian beliau menjelaskan tentang blocking dalam seni pertunjukan sambil mencontohkannya. Kulihat sesekali K’Deni melempar pandangan kepada K’Agan yang nampak merasa bersalah. Setelah itu K’Deni menyuruh anak2 kabaret untuk berlatih babak per babak, dan beliau akan mengoreksi tiap babaknya.

Wah, aku jadi ingat iklan suatu produk tentang Obsesi: Sutradara, versi obsesi sutradara baru yang ‘lebih punya taste’. Kini aku bisa melihat secara langsung di hadapanku, Profesi: Pelatih Kabaret, versi profesi pelatih kabaret baru yang ‘lebih punya taste’. Sepanjang latihan bersama K’Deni ini, banyak sekali gerakan dan gaya yang dipermak ulang. Dan kulihat K’Deni sering menyindir dan melirik K’Agan, sang pelatih awal yang kini mengatur pemutaran rekaman dan nampak merasa bersalah. ‘Senyum Tupai’nya tak mengembang seperti biasanya.

Pada suatu adegan, K’Deni sempat memarahi anak2, “Gerakan apaan tuh?? Untuk apa gerakan seperti itu?!” sambil melirik K’Agan. Terus pas ada gerakan yang harusnya pake musik, tapi K’Agan malah ngelamun, K’Deni ngebentak, “JAR, MUSIK!!” (pake nama formal K’Agan: Ganjar, berarti K’Deni marah banget tuh) Aku jadi kasihan ngeliat K’Agan dan anak2 kabaret dimarahi seperti itu. Ckckck, ternyata K’Deni itu seperti ini ya...

Tapi aku yakin K’Deni tegas begini demi kebaikan semua. Aku yakin banget, pastilah K’Agan itu orang kepercayaan K’Deni banget, soalnya K’Agan diminta melatih di sini itu sebenarnya oleh K’Deni yang punya saudara di sini. K’Deni marah2 kayak gitu itu supaya kabaretnya berlangsung dengan baik, dan agar K’Agan bisa melatih lebih baik lagi. Pastinya K’Deni ingin mewariskan ilmunya kepada K’Agan, soalnya K’Deni udah keburu tua! Hihi,,, Tadi aja ada ibu2 dengan anaknya yang masih balita masuk dan ngobrol dengan dia. Kayaknya kakak dan keponakannya K’Deni. Hihi,,, Phi dan aku senyam-senyum, K’Deni udah jadi ‘Oom’!

Tapi dasar K’Deni aneh (gak tau akunya aja yang aneh, ding!),,, Aku tuh kan orang yang gak bisa diem,,, Pas ada adegan yang pake lagu ‘It’s Gonna Be Me’-nya N-Sync, aku ikutan nyanyi aja sambil godain Diet. Eh, K’Deni juga lagi nyanyi. Pas lagi gitu kami saling bertemu pandang. Dingg!! K’Deni ngeliatin aku kayak yang aneh banget! Sebenernya yang ‘aneh’ siapa sih?!

Ada suatu adegan di mana salah seorang pemain tiba2 nyanyi dan joged lagu ‘Goyang Inul’. Eh, K’Deni bilang, pemainnya salah peran, karena dia gak bisa goyang dan gerakannya kaku banget (orang itu bernama Ega, tapi dipanggil Metallica oleh K’Deni gara2 dia pake kaos bertuliskan ‘Metallica’). Kami semua kaget, saking kesalnya karena si Ega gak bisa terus, akhirnya beliau yang mencontohkan! Hahaha! K’Deni ternyata bisa joged dangdut! Emang ‘lebih punya taste’ nih pelatih kabaret yang satu ini! Lebih lentur dari K’Agan! Aku gak bisa nahan ketawa, setelah menghilang di balik tembok (biar gak keliatan K’Deni), aku ketawa puas! Cuman Diet yang tau kalau aku keketawaan. Kalau tawaku udah reda, aku balik lagi ke posisi semula. Tapi karena ngeliat gaya K’Deni yang bodor, aku ‘menghilang’ lagi dan ketawa lagi. Begitulah seterusnya. Tapi meskipun udah dicontohin berkali-kali, Ega masih belum bisa. Karena itulah, K’Deni nyuruh semua anak bergoyang satu per satu untuk nyari pengganti Ega. Pas giliran Akbar, Akbarnya langsung protes, “Kak, ini juga belumnyoba goyang!” lemparnya pada Phi. Phi yang lagi ngobrol denganku terbengong-bengong karena dia sendiri gak mau kebagian peran itu. K’Deni pun ngeliatin ke kami berdua. Pas matanya bertemu denganku, seakan-akan ada telepati dan aku berkata, “Kak, jangan berani2 nyuruh Phi berperan kayak gitu deh! Temanku ini anak baik2!”
Alhamdulillah K’Deni pengertian, masak atuh Phi yang berjilbab tiba2 goyang Inul?! Dia langsung narik Akbar dan berkata, “Udah, kamu aja!” Setelah itu dia nunjuk salah seorang cowok untuk menggantikan Ega dan gak nyuruh Phi, satu2nya anak yang belum bergoyang Inul.

Pas lagi istirahat, gak tau kenapa aku malah ngeliatin K’Deni. K’Deni juga balik ngeliatin. Kayak ada telepati di antara kami. “Ih, Kakak aneh banget!” kataku.
“Kamu juga aneh, ngapain ngeliatin kayak gitu??”
“Kakak lenih aneh.”
“Ya lebih aneh kamu lah!”
Merasa capek dan burem meureun, dia pun ngelap kacamatanya. Pas kacamatanya dipasang lagi, eh, akunya masih ngeliatin. Alhasil K’Deni buang muka, dan aku yang baru sadar pun ikut buang muka. Untung aja aku ngeliatinnya gak kayak ‘insiden Phi’ yang mulutnya sampai menganga gitu.

Pas sholat ashar, Phi dan aku ke rumahnya Phi untuk sholat. Diet udah dari tadi karena dia ngerasa pusing, tak lama kemudian dia pun pulang dijemput bapaknya. Phi ganti baju dengan kaos warna hitam dan celana jeans biru, katanya biar kompakan dengan K’Agan. Ciee,,, mentang2 hari ini K’Agan pake lagi baju andalannya, kemeja hitam dan jeans cutbray warna biru!

Kami balik lagi ke rumah kosong dan aku bawa tas karena mau langsung pulang. Di sana aku bikin kakapalan karena tadi katanya mereka butuh kakapalan biar panggung gak tiis, jadi ada yang iseng lempar2 kakapalan gitu. Terus aku simpen deh di pinggir ruangan. Ceritanya mah mau jadi pahlawan secara sembunyi2 gitu... (naon seeh?) Tak lama kemudian aku pun pulang.

Segitu aja deh cerita menarikku kali ini.

Pelajaran moral yang bisa diambil yaitu, bahwa “Jangan pernah mengajak orang ’normal’ ikut serta dalam ‘kegiatan aneh’ yang Anda lakukan” karena nanti kejadiannya bisa sama seperti yang terjadi pada Diet. Pelajaran moral kedua, bahwa “‘pandangan pertama’ dan ‘kesan pertama’ bisa menyesatkan” contohnya aja, waktu pertama kali aku dan Phi bertemu K’Deni, kami kira dia orang yang sangat serius, dingin, dan formal banget. Taunya,,, Anda mungkin bisa menjabarkannya sendiri... Intinya mah,,, kita harus bisa memahami orang lain, jangan minta orang lain untuk memahami kita karena itu tandanya kalau kita egois.

Posted by Ra_Bgtz @ Senin, 08 September 2008 0 comments

Share This Post

RSS Digg Twitter StumbleUpon Delicious Technorati

0 Comments

No comments yet. Be the first to leave a comment !
Next Post Previous Post
Stroom designed by ZENVERSE Converted to Blogger Templates and Blogger Themes for Cinta | Discount Watch