My Sweet Seventeen Day

Filed in

Minggu, 20 Juli 2008
Hari ini ada yang spesial ni,,, apa coba?

Hari ini, tepatnya pukul 00.05, umurku tepat 17 tahun!!!

Aku baru tidur jam setengah dua pagi untuk ngebangunin ayah dan ibuku yang sudah tidur sejak jam 9 malam tadi. Mengapa begitu? Karena ayahku harus berangkat ke Stadion Siliwangi sebelum jam 5 untuk berjualan karcis. Harus sepagi itu kalau tidak mau kehabisan karcis, karena para calon penonton pertandingan Persib-Persija sudah mengantri sejak shubuh hari.

Pekerjaan ayahku sebenarnya adalah seorang guru honorer pada sebuah SMP Swasta yang sebagian besar muridnya berasal dari golongan dhuafa. Meskipun ayahku menjabat sebagai kepala sekolah, namun ayahku yang seorang guru honorer dan gajinya kurang lebih hanya sekitar Rp 600.000,00 per bulan itu sudah berbulan-bulan tidak menerima gaji karena muridnya banyak yang menunggak iuran sekolah. Tapi ayahku adalah seorang yang sungguh baik hati, beliau merelakan tidak digaji asalkan murid-muridnya bisa mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga dengan susah payah beliau mencari donatur yang berniat membantu murid-muridnya itu. Sungguh beda sekali dengan para guru pegawai negeri yang seringkali menuntut kenaikan gaji tanpa memerdulikan betapa guru honorer yang perjuangannya lebih besar hanya mendapatkan gaji yang jauh lebih kecil dari mereka. Meskipun tak semua guru negeri seperti itu, dan tak semua guru honorer begitu, tapi kebanyakan memang seperti itu.

Meskipun begitu, ayah selalu qana'ah, beliau selalu mengajarkan kepada kami, keluarganya, bahwa "Jangan pernah berdoa agar diberi, tapi berdoalah supaya kita bisa memberi!" Nasehat itu menjadikan kami selalu mensyukuri apa yang telah diberikan Allah kepada kami, dan berapapun jumlahnya kami selalu berusaha menjadikannya barakah dengan menafkahkan sebagiannya untuk yang lebih membutuhkan daripada kami.

Ayahku memiliki pekerjaan sampingan sebagai penjual tiket pertandingan di Stadion Siliwangi. Tapi karena tidak juga gajian, pekerjaan ini bisa dibilang sebagai pekerjaan utama. Karena itulah ayahku sangat bergantung kepada pertandingan PERSIB. Karena kalau PERSIB tidak bertanding, kami tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari sepenuhnya. Dulu ayah sempat menjadi penjahit juga, namun sekarang sudah tidak sempat karena beliau terlalu sibuk. Meskipun tidak memiliki uang yang cukup, ayah bukan orang yang pelit. apapun akan ayah lakukan demi kesejahteraan keluarganya. beliau rela tidak membeli sepatu baru padahal sepatu lamanya sudah bolong demi membayar SPP dan buku untuk aku dan adikku. Beliau rela tidak punya baju baru saat lebaran, asalkan ibu bisa membeli mukena yang baru karena yang lama sudah bolong-bolong.

Ayahku adalah "Ayah Super", beliau adalah ikhwan yang pendiam, namun beliau aktif di beberapa organisasi dakwah di Bandung bahkan sejak beliau masih remaja. Beliau ikut andil dalam pemberantasan aliran sesat yang beredar di teman sejawatnya dulu, dan juga memperjuangkan agar pelajar muslimah boleh mengenakan jilbab di sekolah tanpa ada cemooh dan macam-macamnya lagi. Beliau berasal dari Palembang, dari keluarga pendakwah keturunan klan Kiagus-Nyiayu yang memegang din-nya sungguh-sungguh. Namun kakek dan ayahku tak mau repot-repot memberikan gelar kebanggaan itu pada anak-anaknya, supaya kami tak sombong dengan gelar itu, agar kami memperjuangkan Islam bukan karena gelar itu, tapi sungguh-sungguh demi mengejar ridha Allah. Buyutku adalah seorang pendiri pesantren di Palembang dan sekitarnya, kakekku adalah seorang guru agama, ayahku juga seorang guru agama, dan aku pun bertekad untuk menjadi guru bangsa yang mendidik dan juga mengajar murid-murid agar bisa memanfaatkan ilmu yang telah kudapatkan seumur hidupku dengan tidak sia-sia.

Ibuku juga "Ibu Super", bayangkan betapa hebatnya perjuangan ibu saat melahirkanku. ibu sudah merasakan mulas yang luar biasa sejak tanggal 19 Juli 1991 siang hari dan baru bisa melahirkanku pada tanggal 20 Juli 1991 dini hari. Sat itu ibu hanya memiliki uang Rp 20.000,00 di dompetnya. Ibu sampai menjual perhiasannya demi bisa bertahan hidup, karena saat itu ayah belum memiliki pekerjaan yang tetap. Meskipun lelah setelah bekerja seharian, ibu tak pernah mengeluh saat kami bertanya tentang PR kami. Beliau tak pernah keberatan jika kami minta dipeluk. Semua beban dalam pikiranku akan hilang saat ibu memelukku, semua sakit di tubuhku bisa hilang saat ibu memelukku. Ibuku memiliki kekuatan kasih sayang yang luar biasa, dan aku bersyukur lepada Allah, Sang Pemilik Kasih Sayang Yang Maha Dahsyat Dari Segala Apapun Yang Telah Memberikan Ibu Terbaik Untukku. Beliau adalah wanita yang cerdas, pintar, dan selalu masuk ranking 5 besar di kelasnya sejak masih SD. Namun sayang, ibuku tidak melanjutkan sekolah sejak lulus Aliyah karena keterbatasan biaya.

Aku lahir dari keluarga yang insya Allah terjaga kesuciannya. Ayah dan ibuku tidak pernah pacaran. Saat keduanya dipertemukan oleh kakaknya ibu dan bibinya ayah yang suami istri untuk berta'aruf, ayah langsung mengajak ibu menikah, agar hubungan dengan ibuku tidak akan menjadi haram. Kemudian ayahku sibuk lagi dengan organisasinya dan sebulan kemudian, saat pertemuan kedua, ayah ibuku menikah di bulan Juli. Namun setelah itu mereka berhubungan seperti orang yang pacaran. Ayahku hanya 'ngapel' ke rumah ibu dan mengobrol dengan ibu dan atau nenekku kemudian pulang ke rumah buyutku. Tiga bulan kemudian mereka menikah lagi, kata ayah untuk meyakinkan saja bahwa mereka benar-benar suami istri. Jadi ayah ibuku telah menikah dua kali!

Eh, malah cerita tentang keluarga! Mari kita kembali ke tanggal 20 Juli 2008!

Ibu membangunkanku untuk shalat shubuh pada pukul 5 pagi. Karena belum tidur cukup, setelah itu aku langsung tidur lagi. Jam 8 pagi aku dibangunkan lagi untuk membantu ibu mencuci pakaian dan memasak. Tapi kantukku belum juga hilang hingga aku ketiduran di sofa ruang tamu sekitar setengah 11-an. Jam 11-an,,, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku. Kuintip dari jendela,, kuberitahu ya, Kawan, jendela rumahku itu unik sekali. Kalian yang sedang di luar rumahku tak akan bisa melihat ke dalam rumahku, namun dari dalam, semua keadaan di luar terlihat sangat jelas. Aku lupa nama jenis kaca ini, tapi orang tua menyebutnya kaca 'riben'. Di luar kulihat Phi sedang nyumput di sudut terasku. Aku yang masih setengah sadar aja sampai cekikikan ngeliat dia nyumput-nyumput gitu. Padahal udah ketahuan tauk! Kubuka pintu dan kusambut dia. Dia bilang dia mau main.

Tiba-tiba, Diet muncul di belakang Phi sambil berteriak, "Happy Birthday!!" Masya Allah! aku dikerjain. Diet nyumputnya di balik teras tetanggaku sih, jadinya gak keliatan! He,, aku aja yang dari kemarin menanti-nanti, siapa tahu ada yang ngasih surprise di hari ultahku, malah lupa kalau hari ini aku ulang tahun! Kejutan yang aneh, kadonya juga gak tanggung2! Kado yang baru aja kemaren malem aku impiin! Hihi,,,

Alhamdulillah,,, Ya Allah terima kasih atas umur 17 ini. Semoga aku semakin matang untuk bisa membela dien ini,,, Aamiin...

Posted by Ra_Bgtz @ Kamis, 14 Agustus 2008 0 comments

Share This Post

RSS Digg Twitter StumbleUpon Delicious Technorati

0 Comments

No comments yet. Be the first to leave a comment !
Next Post Previous Post
Stroom designed by ZENVERSE Converted to Blogger Templates and Blogger Themes for Cinta | Discount Watch